Minggu, 6 Juli 2025

Busyro Muqoddas: Warga Muhammadiyah Harus Merawat Warisan Pemikiran KH Ahmad Dahlan

KH Ahmad Dahlan, menurut Busyro, menghadapi berbagai penolakan dengan ketenangan dan keikhlasan sebagaimana tercermin dalam QS. Al-Baqarah ayat 109. “Beliau tidak meratapi penolakan, tapi terus berjalan dengan penuh kasih dan keikhlasan,” ungkapnya.

Hot News

TENTANGKITA.CO, YOGYAKARTA — Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Busyro Muqoddas, menyeru agar warga Muhammadiyah merawat dan mengimplementasikan warisan pemikiran KH Ahmad Dahlan yang kaya dengan nilai spiritual, keikhlasan, dan keberpihakan pada umat.

Menurut Busyro Muqoddas, warga Muhammadiyah harus meneladani KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri organisasi massa Islam itu dalam memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai ideologi, politik, dan organisasi (Ideopolitor) secara utuh dan bermakna.

Seruan tersebut disampaikan Busyro Muqoddas saat mengisi Pengajian Rutin Bulanan Karyawan PP Muhammadiyah Yogyakarta pada Sabtu 5 Juli 2025.

Ideologi dalam Muhammadiyah, kata Busyro, terbagi menjadi dua yaitu Ideologi Muhammadiyah dan Ideologi Negara.

Ideologi Muhammadiyah mencakup Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup (MKCH), Khittah, dan Kepribadian Muhammadiyah yang berakar pada Al Quran dan As-Sunnah melalui penyaringan Majelis Tarjih.

“Berpegang pada ideologi selama 116 tahun, Muhammadiyah telah menorehkan banyak capaian, meski diiringi berbagai tantangan. Namun, semua itu dijalani dengan ikhlas dan bertahap,” ujar Busyro.

Di sisi lain, ideologi negara yakni Pancasila, dinilai tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan Muhammadiyah. Ia bahkan menyebut tokoh-tokoh Muhammadiyah turut merumuskan dasar negara tersebut.

“Ketika kita bicara Pancasila, tak bisa lepas dari jasa para tokoh Muhammadiyah sebagai pendekar politik dan negarawan sejati,” ujarnya seperti dilansir laman resmi organisasi itu, muhammadiyah.or.id.

Menurut Busyro, politik tak bisa dilepaskan dari ideologi dan harus dilihat sebagai instrumen untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat.

Dia menegaskan bahwa sumbangan terbesar Islam adalah wakaf politik, sebagaimana disebut oleh almarhum Menteri Agama Mayor Jenderal Alamsyah Ratu Perwiranegara.

“Negara tidak ada tanpa rakyat. Maka, politik harus berpihak kepada rakyat, dan Muhammadiyah hadir sebagai kekuatan moral dan sosial yang konsisten memperjuangkan kepentingan umat,” jelasnya.

Spirit Al-Ma’un

Organisasi, lanjut Busyro, menjadi instrumen pengelolaan gerakan. Sebuah organisasi yang dibangun atas dasar ideologi dan politik yang benar akan mampu menjaga hubungan yang harmonis, baik secara vertikal maupun horizontal.

“Muhammadiyah hadir sebagai organisasi Islam yang menebar rahmat, berkah, dan mewujudkan spirit Al-Ma’un di tengah masyarakat,” ucap Busyro.

Menutup kajiannya, Busyro mengenang pengalaman semasa aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Ia mengutip prinsip yang diajarkan oleh para instruktur: “Sungguh-sungguh tapi tidak terlalu serius”. Prinsip ini mengacu pada pendekatan KH. Ahmad Dahlan yang berdakwah dengan cara kultural, santun, namun tetap tegas.

KH Ahmad Dahlan, menurut Busyro, menghadapi berbagai penolakan dengan ketenangan dan keikhlasan sebagaimana tercermin dalam QS. Al-Baqarah ayat 109. “Beliau tidak meratapi penolakan, tapi terus berjalan dengan penuh kasih dan keikhlasan,” ungkapnya.

Ia menekankan pentingnya menjalankan wasiat KH. Ahmad Dahlan: “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.” Sebuah pesan moral agar tidak menjadikan organisasi sebagai alat mencari keuntungan pribadi atau popularitas.

“Tugas kita adalah merawat Muhammadiyah dengan amal usaha, organisasi otonom, dan majelis-majelis yang ada. Itulah cara kita menghormati perjuangan para ulama,” kata Busyro.

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Orange Bonds, Surat Berharga PNM untuk Emak-Emak Mekaar

TENTANGKITA.CO -- SEKITAR EMPAT LALU, Impact Investment Exchange (IIX) melalui akun LinkedIn resminya membocorkan rencana PT Permodalan Nasional Madani...