Senin, 9 Juni 2025

TechFusion Alliance: Pemerintah Harus Manfaatkan Teknologi AI untuk Bangun 3 Juta Rumah

Menurut Chairman dan Founder TechFusion Alliance, Tuhu Nugraha, perubahan paradigma itu bisa dimulai dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) sebagai pilar utama yang harus diintegrasikan dalam setiap tahap pembangunan perumahan nasional.

Hot News

TENTANGKITA.CO, JAKARTA – TechFusion Alliance, platform kolaborasi teknologi, menilai realisasi dari target pemerintahan Presiden Prabowo Subianto membangun 3 juta rumah rakyat sulit berjalan optimal tanpa perubahan paradigma.

Menurut Chairman dan Founder TechFusion Alliance, Tuhu Nugraha, perubahan paradigma itu bisa dimulai dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) sebagai pilar utama yang harus diintegrasikan dalam setiap tahap pembangunan perumahan nasional.

Backlog perumahan kita telah berlangsung puluhan tahun. Jika pendekatannya masih konvensional, maka target 3 juta rumah hanya akan menjadi angka di atas kertas,” ujar Tuhu Nugraha dalam siaran pers TechFusion Alliance yang diterima tentangkita.co.

Tuhu Nugraha mengatakan teknologi AI adalah alat untuk mengubah cara merencanakan, membangun, membiayai, hingga menyalurkan rumah kepada masyarakat yang membutuhkan.

Sebelumnya Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Fahri Hamzah menyebut backlog rumah mencapai 15 juta unit pada 2025. Jumlah tersebut naik 51,5 persen dari data Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya sebesar 9,9 juta unit per 2023.

Menurut Tuhu, AI bisa memainkan peran krusial mulai dari pemetaan lokasi strategis berbasis geospasial, perhitungan kebutuhan rumah per wilayah, verifikasi data penerima manfaat, hingga pengawasan proyek pembangunan secara real-time melalui teknologi computer vision dan IoT.

“Teknologinya sudah berkembang sangat dasyat dan kita mesti segera mengadopsinya kalau mau serius merealisasikan target pembangunan 3 juta rumah,” kata Tuhu yang juga principal Applied Digital Economy and Regulatory Network (IADERN).

Sementara itu, Deddy H. Pakpahan, Co-Founder TechFusion Alliance mengatakan sistem berbasis AI bahkan bisa memprediksi potensi keterlambatan proyek, kelangkaan bahan bangunan, atau anomali anggaran sebelum masalah muncul ke permukaan.

“Inilah kekuatan prediktif AI. Bukan hanya menyelesaikan masalah, tapi mencegahnya sejak dini,” ujar Deddy Pakpahan yang juga founder digitalbank.id

BACA DEH  Kolaborasi Strategis digitalbank.id dan IADERN: Percepat Transformasi AI di Industri Asuransi

Dia lantas memberika contoh kasus penyalahgunaan dana Fasilitas Likuditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang banyak sekali terjadi di daerah.

“Dana FLPP yang terbatas jadi tambah habis kalau dikorupsi. Nah, dengan teknologi AI penyalahgunaan dana FLPP bisa kita minimize,” ujarnya.

Dalam konteks pembiayaan perumahan, TechFusion mengungkapkan bahwa Bank BTN sebagai ‘aktor kunci’ yang perlu terus memperkuat transformasi digitalnya. Sebagai bank spesialis perumahan, BTN memiliki posisi strategis untuk menyalurkan skema KPR bersubsidi maupun komersial kepada segmen MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah).

“BTN saat ini sudah melangkah ke arah digital. AI sudah bisa membantu BTN menyusun profil risiko debitur dengan lebih akurat atau mempercepat proses approval KPR. Namun transformasi BTN harus didorong lebih jauh seperti menyesuaikan produk kredit berdasarkan perilaku digital calon nasabah,” ujar Tuhu.

Menurut Tuhu, teknologi  AI dan digitalisasi bukan hanya untuk kemudahan internal BTN, tetapi bisa membawa misi sosial KPR subsidi ke next level.

“Prosesnya menjadi lebih cepat, tepat sasaran, efisien, dan transparan. Ini juga membuka akses MBR informal atau milenial non-bankable sehingga mampu menjadikan BTN sebagai pelopor KPR subsidi digital terintegrasi,.”

TechFusion Alliance mendorong kolaborasi antara BTN dan ekosistem teknologi nasional untuk mengembangkan digital mortgage ecosystem yang sepenuhnya terdigitalisasi, dari simulasi cicilan, penilaian properti, hingga penandatanganan dokumen elektronik.

TENTANG TECHFUSION ALLIANCE

TechFusion Alliance adalah platform kolaborasi dan konsorsium teknologi Indonesia yang didirikan sebagai respons terhadap meningkatnya kebutuhan akan pengembangan teknologi canggih di Indonesia.

Dengan latar belakang pertumbuhan pesat ekonomi digital dan meningkatnya permintaan akan solusi teknologi yang cerdas dan efektif, TechFusion Alliance muncul sebagai konsorsium yang bertujuan untuk mendorong kolaborasi lintas industri.

BACA DEH  Kolaborasi Strategis digitalbank.id dan IADERN: Percepat Transformasi AI di Industri Asuransi

Konsorsium ini memusatkan perhatian pada pengembangan dan penerapan teknologi terbaru, seperti Artificial Intelligence (AI), Machine Learning, Blockchain, Big Data, Internet of Things (IoT), Biometrik, Robotic Process Automation (RPA), Chatbot, Mobile Banking, dan teknologi Cloud.

TechFusion Alliance juga memiliki misi besar untuk meningkatkan literasi digital di Indonesia. Banyak sektor bisnis di Indonesia yang masih dalam tahap awal transformasi digital. Aliansi ini bertekad untuk menjadi jembatan yang menghubungkan inovasi teknologi global dengan kebutuhan spesifik lokal.

Relasi kuat antara teknologi global dan kebutuhan lokal bertujuan mempercepat adopsi teknologi baru di berbagai sektor industri di Indonesia, meningkatkan literasi digital masyarakat Indonesia melalui program edukasi dan workshop.

Aliansi ini juga bertujuan membangun ekosistem digital yang kolaboratif antara perusahaan, startup, pemerintah, dan lembaga pendidikan, serta mendukung transformasi digital bisnis kecil hingga menengah dengan solusi teknologi yang inovatif dan mudah diakses.

Stakeholder TechFusion Alliance meliputi:

  1. Perusahaan teknologi (penyedia solusi AI, Blockchain, IoT, Big Data, dan teknologi terkait lainnya)
  2. Pemerintah (bekerja sama dengan kementerian terkait untuk memajukan kebijakan literasi dan infrastruktur digital di Indonesia)
  3. Startup (TechFusion mendukung dan memfasilitasi startup yang ingin memanfaatkan teknologi terdepan untuk skalabilitas)
  4. Akademisi dan peneliti (Kolaborasi dengan universitas dan pusat penelitian untuk mengembangkan solusi teknologi yang relevan dengan kebutuhan lokal)
  5. Masyarakat umum (Sebagai penerima manfaat dari literasi digital, peningkatan kapasitas, dan akses ke teknologi yang memudahkan kehidupan sehari-hari).
Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Beda Versi Kementerian ESDM dan KLH Tentang Tambang Nikel di Raja Ampat

TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Dua kementerian yang terkait dengan operasional tambang nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya, sudah merilis...