TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Paus Fransiskus menandatangani Deklarasi Istiqlal bersama tokoh-tokoh lintas agama dan penghayat kepercayaan dalam lawatannya ke Masjid Istiqlal, Kamis (5/9/2024).
Deklarasi yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal adalah “Deklarasi Bersama Istiqlal 2024: Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama untuk Kemanusiaan.”
Seperti kunjungan Paus Fransiskus ke Abu Dhabi pada 2019 yang melahirkan Dokumen Abu Dhabi. Poin deklarasi tersebut akan menggarisbawahi terkait dua hal, yakni isu dehumanisasi dan isu lingkungan.
Agenda pertemuan itu mengambil tempat di Plaza Al Fattah, sisi timur komplek Masjid Istiqlal. Plaza Al Fattah merupakan pelataran Masjid Istiqlal yang menghadap langsung ke gerbang utama Gereja Katedral Jakarta. Pemimpin Gereja Katolik Dunia, yang juga Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus menjadi saksi atas pemanfaatan Terowongan Silaturahim yang menghubungkan antara Masjid Istiqlal dan Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga, Jakarta.
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengatakan penandatanganan kesepakatan dengan Pemimpin Gereja Katolik Dunia sekaligus Kepala Negara Vatikan Sri Paus Fransiskus berkaitan dengan kemanusiaan.
Sejumlah tokoh lintas iman turut meneken deklarasi tersebut sebagai representasi agama dan kepercayaan yang dianut. Mereka yakni Engkus Kuswara mewakili penghayat kepercayaan, Budi Tanuwibowo (Konghucu), Bhante Dhammasubo (Buddha, Walubi), Philip Wijaya (Budha, Permabudhi), Abdul Mu’ti (Islam, Muhammadiyah), Yahya Cholil Staquf (Islam, Nahdlatul Ulama) Wisnu Bawa Tenaya (Hindu), dan Reverendus Jacky Manuputty (Kristen).
Berikut isi Deklarasi Bersama Istiqlal:
Menyikapi dua krisis tersebut sambil berpedoman pada ajaran agama masing-masing, dan mengakui kontribusi dasar dan falsafah negara Pancasila, kami bersama para pemimpin agama lain yang hadir menyerukan hal-hal sebagai berikut:
Deklarasi Bersama Istiqlal
- Nilai-nilai yang dianut oleh tradisi agama-agama kita harus dimajukan secara efektif, untuk mengalahkan budaya kekerasan dan ketidakpedulian yang melanda dunia kita. Sejatinya nilai-nilai agama harus diarahkan untuk meningkatkan budaya hormat, martabak bela rasa rekonsiliasi dan solidaritas persaudaraan untuk mengatasi dehumanisasi dan perusakan lingkungan
- Para pemimpin negara, khususnya, terinspirasi oleh narasi dan tradisi rohani masing-masing harus bekerja sama dalam menanggapi krisis-krisis tersebut di atas, mengidentifikasi penyebabnya dan mengambil tindakan yang tepat Baca juga: Sejarah Terowongan Silaturahmi Masjid Istiqlal-Katedral yang Dikagumi oleh Paus Fransiskus
- Oleh karena terdapat satu keluarga umat manusia di seluruh dunia, dialog antarumat agama harus diakui sebagai sebuah sarana yang efektif untuk menyelesaikan konflik-konflik lokal, regional, dan internasional terutama konflik-konflik yang dipicu oleh penyalahgunaan agama. Selain itu, keyakinan dan ritual-ritual agama kita memiliki kapasitas khusus untuk menyentuh hati manusia, dengan demikian menumbuhkan rasa hormat yang lebih dalam kepada martabat manusia.
- Menyadari bahwa lingkungan hidup yang sehat, damai, dan harmonis sangat penting menjadi hamba Allah dan pemelihara ciptaan yang sejati. Kami dengan tulus mengimbau semua orang yang berkehendak baik untuk mengambil tindakan tegas guna menjaga keutuhan lingkungan hidup dan sumber dayanya karena kita telah mewarisinya dari generasi sebelumnya dan berharap untuk dapat meneruskannya kepada anak cucu kita.