Kamis, 9 Mei 2024

Pemilu 2024: 27 Pengawas Meninggal, 71 Orang Kecelakaan

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin  menyebutkan ada beberapa hal yang menyebabkan jajaran pengawas dapat meninggal atau sakit. Walau presentase angka kematian jauh turun dibanding Pemilu 2019. 

Hot News

TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Bawaslu menyampaikan terdapat 1.322 jajaran pengawas Pemilu 2024 yang mendapatkan penanganan terkait kesehatan.

Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Herwyn JH Malonda merinci 27 orang di antaranya meninggal dunia, 71 orang kecelakaan, 147 rawat inap dan 1.077 orang rawat jalan. Untuk data meninggal dunia,  13 pengawas meninggal dunia pada rentang waktu 14-19 Februari 2024. Rentang waktu tersebut merupakan hari H pencoblosan dan perhitungan perolehan suara.

Herwyn JH Malonda mengatakan itu sesuai data yang diambil per-19 Februari 2024. Dalam hal ini menurutnya Bawaslu telah menyiapkan aturan teknis santunan kepada yang mengalami gangguan kesehatan hingga meninggal dunia.

“Jadi, 13 orang (meninggal) paa rentang waktu 14-19 Februari 2024. Adapun 14 orang lainnya tujuh meninggal pada 2023 dan tujuh lainnya pada 1 Januari-13 Februari 2024,” jelas Herwyn dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Kesehatan, Senin (19/2).

Namun, menurut Herwyn, Bawaslu masih memantau setiap laporan yang masuk jikalau ada angka kemalangan yang bertambah.  Bawaslu pun terus  memantau penanganan kesehatan jajaran pengawas pemilu terlebih bagi yang masih bertugas dalam pemungutan suara ulang/susulan.

Untuk pemberian santunan, Herwyn menjelaskan Bawaslu  mengeluarkan Surat Keputusan Bawaslu Nomor 11 tahun 2023 tentang pemberian santunan kecelakaan kerja bagi pengawas Pemilu ad hoc.

Bawaslu memberikan uang santunan  Rp36 juta bagi yang meninggal dunia dan Rp10 juta untuk biaya pemakaman. “Bagi pengawas pemilu yang mengalami cacat permanen diberikan Rp16,5 juta, luka berat Rp16,5 juta, dan luka sedang Rp8.250.000,” jelasnya.

BACA DEH  Hari Ke-804 Perang Rusia-Ukraina: 476.460 Tentara Rusia Tewas

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin  menyebutkan ada beberapa hal yang menyebabkan jajaran pengawas dapat meninggal atau sakit. Walau presentase angka kematian jauh turun dibanding Pemilu 2019.

Namun, Budi menyatakan, Kemenkes menyayangkan satu nyawa masihlah sangat banyak untuk angka kematian. “Kemenkes melihat satu nyawa meninggal itu sudah banyak. Sebab masyarakat pasti berduka. Kami sampaikan hasil skrining petugas yang beresiko tinggi itu paling banyak karena hipertensi, lalu jantung,” ucap Budi.

Mewakili pemerintah, Budi meminta agar ke depannya Bawaslu dan KPU dapat mengutamakan skrining sebelum pendaftaran. Sehingga, dia melihat cara ini dapat menekan angka kematian karena hanya orang-orang sehat yang bekerja menjadi petugas di TPS.

“Makanya, mau daftar ya jangan sakit.  Harus lebih ketat lagi (seleksinya). Mereka ini jam kerjanya 10-12 jam loh, berat dan khusus, kami mengusulkan agar itu menjadi syarat menjadi petugas ke depannya,” pinta dia.

Sebagai informasi, pada Pemilu 2019 terdapat 2.558 orang yang mendapatkan penanganan kesehatan. Dari jumlah itu 92 orang meninggal dunia, 24 orang luka berat dan keguguran, 21 orang kekerasan dan penganiaayaan, 275 orang kecelakaan, 438 orang rawat inap dan 1708 orang rawat jalan.

 

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Tim U-23 Indonesia Kubur Mimpi Ke Olimpiade

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Tim U-23 Indonesia gagal tampil di Olimpiade Paris 2024 setelah pada laga play-off kalah 0-1 dari...