Senin, 20 Mei 2024

Jelang HUT KEMERDEKAAN: Presiden dan Wapres Diculik

Pada detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI akan dinyatakan, ternyata, bangsa ini sempat tidak memiliki Presiden dan Wakil Presiden.

Hot News

TENTANGKITA.CO – Sekitar dua pekan lagi, Republik Indonesia akan merayakan HUT Kemerdekaan Ke-78. Namun, pada detik-detik  jelang Proklamasi Kemerdekaan RI akan dinyatakan, bangsa ini sempat tidak memiliki Presiden dan Wakil Presiden.

Kejadian ini dipicu oleh situasi politik di dalam negeri dan didalangi oleh kaum muda. Terutama setelah Jepang menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945 dan mengakibatkan kekosongan kekuasaan. Desakan agar kini saatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, muncul. Namun Presiden [Soekarno] dan Wakil Presiden Indonesia [Hatta] sebagai pimpinan gerakan kemerdekaan, ragu-ragu dan membutuhkan penegasan penyerahan Jepang.

Tepatnya, pada pukul 04.30 pagi tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno, Fatmawati dan putra sulungnya, Guntur, dan Mohammad Hatta diculik ke Rengasdengklok oleh para pemuda dan ditempatkan di rumah seorang warga keturunan Tionghoa bernama Jiauw Ki Song.

BACA JUGA: Sosok Panji Gumilang Muda: Dari Guru Madrasah, Jadi Tahanan Politik, Dekat Dengan M Natsir Pejuang Kemerdekaan yang Sering Dituding Pemberontak

Britannica.com menulis setelah diculik, Presiden dan Wakil Presiden diintimidasi, dan dibujuk oleh para aktivis pemuda agar mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945).

Semua kejadian ini tidak berlangsung tanpa sebab. Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diawali dengan sederet peristiwa penting. Salah satunya ketika Soekarno, Mohammad Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke Dalat, Vietnam untuk “menjemput” kemerdekaan yang dijanjikan oleh Jepang. Ketiga tokoh nasional tersebut dianggap oleh pemerintahan militer Dai Nippon sebagai tokoh penting dan berpengaruh.

Misi mendebarkan ke Vietnam dimulai pada 8 Agustus 1945 tepat sebelum tengah malam. Penerbangan ke Dalat sengaja dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena situasi yang mendesak saat itu.

Dari Bandara Kemayoran, pesawat yang ditumpangi tiga bapak bangsa Indonesia didampingi beberapa perwira Jepang itu tidak langsung menuju Vietnam. Pada tanggal 9 Agustus 1945 pagi pesawat mendarat di Singapura untuk berhenti sejenak, memantau situasi. Keputusan untuk transit selama sehari di Singapura ternyata menjadi pilihan yang tepat.

BACA JUGA: Dimulai Hari Ini 1 Agustus 2023, Deretan Rangkaian Peringatan HUT Ke 78 RI, Ada Apa Saja?

Di hari yang sama, sebuah bom atom dijatuhkan di kota Nagasaki di Jepang oleh Amerika Serikat, mengulangi kejadian serupa yang pernah terjadi di Hiroshima pada 6 Agustus. Perjalanan dilanjutkan pada 10 Agustus.

BACA DEH  Prakiraan Cuaca DKI Sabtu (18/5): Beberapa Tempat Hujan Ringan

Soekarno, Hatta, dan Radjiman beristirahat di Saigon (sekarang bernama Ho Chi Minh), sebelum melanjutkan penerbangan. Tanggal 11 Agustus, perjalanan dilanjutkan ke Dalat dan tiba di hari yang sama. Sokarno, Hatta, dan Radjiman beserta rombongan harus menunggu hingga keesokan harinya sesuai jadwal pertemuan dengan Marsekal Hisaichi Terauchi, Panglima Angkatan Bersenjata Jepang untuk Asia Tenggara.

Dalam pertemuan itu kesan Terauchi meyakinkan dan seolah-olah ia benar-benar akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia bila saatnya tiba. Ia bahkan mengucapkan selamat atas kemerdekaan yang akan segera terwujud. Tapi, Terauchi, menyarankan ini bisa terjadi pada 24 Agustus. Soekarno dan tim pun menyambut baik keputusan tersebut dan tidak sabar untuk melaporkan hasil kesepakatan dengan Terauchi yang berisi janji kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Pada 14 Agustus, ketiga tokoh ini kembali ke Indonesia.

Sesampainya di tanah air, sederet polemik muncul menjelang Indonesia benar-benar merdeka pada 17 Agustus. Pada tanggal 14 Agustus 1945, Soetan Sjahrir mendengar dari radio bahwa Jepang telah menyerah dari Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya.

Sjahrir pun langsung menemui Sukarno dan Mohammad Hatta yang baru pulang dari Dalat untuk menyampaikan kabar tersebut. Terjadilah perbedaan pendapat ketika Sjahrir meminta agar kemerdekaan segera dideklarasikan.

Namun, Sukarno dan Hatta yang tidak yakin dengan kabar kekalahan Jepang, dan memilih menunggu kepastian. Sambil menunggu janji kemerdekaan dari Dai Nippon. Soekarno dan Hatta tidak mau salah langkah dalam mengambil keputusan. Di pihak lain, tokoh-tokoh muda lainnya mendukung gagasan Sjahrir, yakni mendesak Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan.

“Kemerdekaan Indonesia yang datang dari pemerintah Jepang atau dari perjuangan rakyat Indonesia sendiri tidak jadi masalah karena Jepang sudah kalah,” kata Soekarno dan Hatta.

Para pemuda yang sudah tidak sabar mendesak agar kemerdekaan segera diproklamirkan. Pada tanggal 15 Agustus di Pegangsaan Timur, Chaerul Saleh memimpin pertemuan pemuda yang menyepakati kemerdekaan Indonesia adalah hak rakyat Indonesia, tidak bergantung pada pihak lain, termasuk Jepang.

BACA DEH  Selasa (14/5) Polusi Udara Jakarta Keempat Terburuk Di Dunia

BACA JUGA: 5 Rekomendasi Film Pahlawan yang Cocok Ditonton saat Peringatan 17 Agustus 2023, Mana Favoritmu?

Tepat pukul 04.30 pagi tanggal 16 Agustus, Soekarno, Fatmawati dan putra sulungnya, Guntur, dan Hatta diculik ke Rengasdengklok oleh para pemuda dan ditempatkan di rumah seorang warga keturunan Tionghoa bernama Jiauw Ki Song. Tindakan “penculikan” itu awalnya dimaksudkan untuk menekan Soekarno dan Hatta agar bersedia segera memproklamasikan kemerdekaan.

Di Jakarta, Achmad Soebardjo yang merupakan tokoh terkemuka dari para pemimpin sepuh mengetahui peristiwa itu. Dia kemudian bertemu Wikana, salah satu tokoh pemuda. Pembicaraan diadakan dan disepakati bahwa kemerdekaan harus segera dideklarasikan di Jakarta. Achmad Soebardjo bersama Sudiro dan Jusuf Kunto menuju ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta dan membawa mereka kembali ke Jakarta.

Pada hari yang sama diadakan pembahasan mengenai rencana pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Sore itu, di kediaman Laksamana Muda Maeda, seorang perwira Jepang pendukung kemerdekaan Indonesia, di Jalan Imam Bonjol No. 1, dirumuskan teks proklamasi.

Tokoh yang menyusun teks proklamasi adalah Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis sendiri oleh Soekarno, sedangkan di ruangan lain ada B.M. Diah yang merupakan wartawan, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro.

Setelah penyusunan draf selesai, semua pihak yang hadir sepakat menyepakati isi draf naskah. Sukarni menyarankan agar Soekarno dan Hatta menandatangani teks proklamasi atas nama rakyat Indonesia. Adapun teks proklamasi diketik oleh Sayuti Melik. Naskah inilah yang kemudian menjadi teks asli proklamasi kemerdekaan.

BACA JUGA: Lirik Lagu dan Mars yang 17 Agustus, Berikut Latar Belakang dan Profil Pencipta Secara Lengkap

Pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00, Soekarno mulai membacakan teks proklamasi kemerdekaan dan dilanjutkan dengan pidato singkat tanpa teks di depan beberapa tokoh bangsa, tokoh masyarakat dan sekitar seribu orang. Usai memproklamirkan kemerdekaan, bendera merah putih yang dijahit Fatmawati dikibarkan, yang menjadi awal kehidupan baru bangsa Indonesia dengan kekuatan pemuda yang berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia.

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Yayasan Komunitas Berdaya Indonesia: Bullying di Sekolah Berdampak Panjang Bagi Mental Siswa

TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Sedikitnya 30 persen siswa tingkat SD dan SMP pernah menjadi korban perundungan atau bullying di sekolah...