Rabu, 24 April 2024

Kapan Awal Puasa Ramadhan 2023 atau 1444 Hijriyah: Ini Prediksi Pakar Astronomi

Walaupun ada kemungkinan berbeda dalam penetapan Hari Raya Idul Fitri, menurut Thomas Djamaluddin, penetapan awal Ramadhan 1444 Hijriyah atau tahun 2023 cenderung sama yakni jatuh pada 23 Maret 2023.

Hot News

TENTANGKITA.CO – Kapan awal puasa Ramadhan 2023 atau 1444 Hijriyah? Sebagian umat Islam sudah mulai bertanya-tanya tentang hal itu.

Menurut kalender, awal puasa Ramadhan 2023 atau 1444 Hijriyah akan jatuh di atas tanggal 20-an Maret tahun ini.

Hal itu berdasarkan hitung maju berdasarkan perkiraan Idul Fitri 2023 yang jatuh sekitar tanggal 22 atau 23 April.

Biasanya, Muhammadiyah akan lebih dulu menyampaikan penetapan kapan awal Ramadhan 2023 atau 1444 Hirijyah. Namun sampai saat ini, belum ada pengumuman dari organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia tentang hal itu.

BACA JUGA: Cak Nun Ngakunya Lagi Kesambet Saat Bilang Fir’aun, Haman, dan Qorun

Dalam kenyataannya, kadang terjadi perbedaan waktu dalam memulai puasa atau penetapan 1 Ramadhan dari Muhammadiyah dengan pemerintah dan organisasi Islam lainny seperti Nahdlatul Ulama atau NU.

Salah satu faktor yang kerap menjadikan perbedaan dalam penetapan awal Ramadhan atau juga  Idul Fitri adalah penggunaan metode hisab dan rukyah.

Muhammadiyah menyandarkan pendekatan dalam menentukan awal puasa dengan metode hisab sedangkan pemerintah dan NU—selain hilal—tetap menunggu hasil rukyah atau melihat bulan.

Jadi kira-kira kapan ya awal  Ramadhan 2023 atau 1444 Hirjiyah.

Laman www.republika.co.id menyampaikan salah satu prediksi tentang awal puasa dan juga Idul Fitri dari pakar astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin.

Berdasarkan prediksi astronom Lapan yang kini berada di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu, kemungkinan awal Ramadhan 2023 akan berlangsung bersamaan.

Artinya, tidak akan ada perbedaan antara penetapan Muhammadiyah, pemerintah, NU, dan organisasi massa Islam yang lain untuk memulai puasa tahun ini.

Namun, perbedaan justru berpotensi terjadi pada penetapan kapan Idul Fitri 2023 atau 1 Syawal 1444 Hijiryah.

BACA DEH  UIN Syarif Hidayatullah Masuk Jajaran Perguruan Tinggi Terbaik Dunia versi QS World University Ranking (QS WUR) 2024

Menurut Thomas Djamaluddin, perbedaan penetapan Hari Raya Idul Fitri 2023 berpotensi terjadi tetapi bukan disebabkan karena perbedaan metode yang digunakan yakni hisab dan rukyah.

Perbedaan penetapan kapan 1 Syawal 1444 Hijriyah jatuh dalam tanggalan Masehi terjadi karena kriteria yang diterapkan berbeda.

Namun, menurut Thomas Djamaluddin, perbedaan waktu Idul Fitri 2023 bukan karena penerapan metode hisab dan rukyat dari masing-masing organisasi dan pemerintah tetapi karena perbedaan kriteria.

BACA JUGA: Mau Ikutan Kartu Prakerja Gelombang 1 Tahun 2023: Silakan Cek Persyaratan di Sini ya

“Muhammadiyah dengan kriteria wujudul hilal yaitu 21 April 2023. Pemerintah dan beberapa ormas Islam, seperti NU dan Persis (Persatuan Islam), dengan kriteria imkan rukyat (visibilitas hilal) yaitu 22 April 2023,” kata Thomas Djamaluddin.

Hal itu disampaikan pakar astronomi itu kepada Repbulika seperti dimuat republika.co.id dalam berita berjudul Idul Fitri 2023 Diprediksi Berbeda, pada 8 Mei 2023.

Walaupun ada kemungkinan berbeda dalam penetapan Hari Raya Idul Fitri, menurut Thomas Djamaluddin, penetapan awal Ramadhan 1444 Hijriyah atau tahun 2023 cenderung sama yakni jatuh pada 23 Maret 2023.

Thomas Djamaluddin berpandangan ada solusi untuk menyikapi potensi perbedaan Hari Raya Idul Fitri 1444 H atau tahun 2023 yakni dengan mendorong munculnya kesepakatan kriteria dan otoritas, antara pemerintah dan ormas-ormas Islam.

Yang dimaksud dengan kesepakatan penggunaan kriteria adalah dengan menerapkan kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).

Keempat negara itu serta beberapa organisasi keagamaan Islam yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Persis sudah sepakat dengan kriteria MABIMS. Thomas Djamaluddin menjelaskan kriteria MABIMS adalah tinggi bulan minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.

Lantas, Thomas Djamaluddin memaparkan enam faktor mengapa kriteria MABIMS perlu diterima dalan menetapkan awal bulan Hijriyah.

BACA DEH  Diplomasi Menjual Bahasa Indonesia Harus Intensif Jelang Kunjungan Paus Fransiskus

Pertama, kriteria MABIMS berdasarkan data rukyat atau pengamatan global jangka panjang. Kedua, kriteria MABIMS menggunakan parameter yang biasa diterapkan oleh para ahli hisab Indonesia yaitu ketinggian hilal dan elongasi (jarak sudut bulan-matahari).

“(Ketiga), parameter yang digunakan menjelaskan aspek fisis rukyatul hilal. Elongasi menggambarkan ketebalan fisis hilal. Semakin besar nilai elongasi, berarti hilal semakin tebal,” ujar Thomas Djamaluddin.

Keempat, kriteria MABIMS menetapkan ketinggian minimal 3 derajat yang berdasasrkan data global. Kelima, elongasi minimal 6,4 derajat berdasarkan pada rekor bulan terdekat sebagaimana laporan dalam makalah Mohammad Shawkat Odeh, tokoh falak internasional.

“Elongasi yang kurang dari 6,4 derajat terlalu tipis dan redup untuk mengalahkan cahaya senja,” kata Thomas.

Terakhir, keenam, kriteria MABIMS dibangun dengan data rukyat kemudian dianalisis secara hisab.  Hal itu, menurut dia, merupakan titik temu bagi pengguna metode rukyat seperti NU dan pengguna metode hisab seperti Muhammadiyah.

Demikian pembahasan tentang kapan awal puasa Ramadhan 2023 atau 1444 Hijriyah, termasuk pula Hari Raya Idul Fitri.

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Prabowo Ajak Kita Berdoa Untuk Tim Indonesia vs Korsel di Piala Asia U-23

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Presiden Terpilih Indonesia, Prabowo Subianto mengajak warga bangsa Indonesia mendoakan Tim U-23 Indonesia sukses saat  menghadapi...