TENTANGKITA.CO — SEKITAR EMPAT LALU, Impact Investment Exchange (IIX) melalui akun LinkedIn resminya membocorkan rencana PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menerbitkan Orange Bonds pertama di Indonesia.
“PNM akan meluncurkan Orange Bonds pertama di Indonesia. Langkah ini akan menjadi preseden yang kuat untuk keuangan berkelanjutan dan berfokus pada perempuan,” tulis akun LinkedIn IIX.
Tidak heran IIX memberi perhatian khusus atas rencana ini. Lembaga itu menyebut PNM sebagai “lembaga keuangan ultra mikro terbesar di dunia yang telah mengubah nasib banyak orang dengan memberdayakan para perempuan dan masyarakat kurang mampu.”
Orange Bonds sendiri adalah bentuk instrumen investasi yang bertujuan untuk menciptakan sistem keuangan yang memberdayakan perempuan dan mendukung kesetaraan gender.
Pengakuan dari IIX menjadi kredit tersendiri bagi PNM. Pasalnya, IIX bukan lembaga ‘kaleng-kaleng’. Kolaborasinya dengan United Nations Development Programme (UNDP) di berbagai negara menjamin kredibilitas institusi itu.
IIX juga menjadi pelopor inisiatif global dalam mengusung pendekatan investasi berdampak (impact investment) dengan misi menciptakan 1 miliar mata pencaharian pada 2030.
Pada 2022, IIX meluncurkan Orange Movement dengan target memobilisasi dana US$10 miliar pada 2030 untuk memberdayakan 100 juta perempuan, perempuan muda, dan kelompok minoritas gender.
Istilah orange pada Orange Movement dan Orange Bonds mengacu pada ikon logo butir ke-5 Sustainable Development Goals (SDGs) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang kesetaraan gender yang berwarna oranye.
Pekan lalu, manajemen PNM membenarkan bocoran IIX lewat penerbitan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) di pasar modal. Dua instrumen keuangan yang diluncurkan adalah PUB Obligasi senilai total Rp6 triliun dan PUB Sukuk Mudharabah Rp10 triliun.
PNM menjadi korporasi pertama yang menerbitkan Orange Bonds di pasar modal Indonesia. Menurut Dirut PNM, Arief Mulyadi, terobosan itu menjadi bukti keseriusan PNM memperluas akses pembiayaan bagi perempuan unbankable.
“Instrumen surat berharga yang berfokus dalam pemberdayaan perempuan di Indonesia masih sangat minim dan ini merupakan yang pertama di pasar modal Indonesia. Langkah ini merupakan wujud nyata dari semangat kami untuk menghadirkan investasi berdampak,” ujar orang nomor satu di PNM itu.
‘Obligasi Oranye’ PNM disambut positif oleh pasar dan mendapat peringkat tertinggi dari Pefindo: idAAA untuk obligasi dan idAAAsy untuk sukuk. Artinya, prospeknya dianggap stabil meski diluncurkan di tengah ketidakpastian global.
Dana hasil penerbitan akan digunakan untuk program PNM Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) dan pembiayaan Mekaar Syariah. Distribusi efek dilakukan secara elektronik pada 8 Juli 2025, dan pencatatan di BEI pada 9 Juli 2025. Pembayaran bunga akan dilakukan setiap tiga bulan sejak emisi.
INSPIRASI LEMBAGA ASIA
Secara lebih luas, IIX mencatat tiga hal penting di balik peluncuran Orange Bonds PNM:
- Membuka akses permodalan bagi usaha yang dipimpin perempuan dan masyarakat kurang mampu.
- Merintis inovasi keuangan yang menggabungkan gender, keberlanjutan, dan dampak sosial.
- Menginspirasi lembaga-lembaga lain di Asia untuk bergabung dalam gerakan Orange Bonds.
Catatan IIX ini relevan jika menengok kiprah PNM. Sejak program Mekaar dirilis pada 2016 hingga Maret 2025, total pinjaman yang disalurkan mencapai Rp323,8 triliun.
Nasabah aktif Mekaar saat ini sekitar 15,8 juta orang. Jika dihitung akumulasi penerima manfaat, jumlahnya 21,7 juta nasabah—semuanya perempuan. Secara guyonan di media sosial, mereka kerap dilabeli sebagai ‘Ras Terkuat di Muka Bumi’.
Jika memakai logika statistik, dari 10 perempuan Indonesia, satu di antaranya adalah nasabah PNM. Menurut BPS, jumlah perempuan Indonesia belum mencapai 150 juta orang.
Dari sisi geografis, PNM hadir dari Sabang sampai Merauke. Kantor cabang berdiri di 36 provinsi, dengan cakupan 6.165 kecamatan dari total 7.400, dan 452 kabupaten/kota dari 514 kabupaten/kota di Indonesia.
Dengan model pembiayaan individual berbasis komunitas, Mekaar memiliki 893 ribu kelompok nasabah yang bisa menjadi agen perubahan di lingkungannya. Jumlah ini berpotensi memberi dampak besar dalam pengentasan kemiskinan.
Setiap kelompok yang terdiri dari 10–30 orang didampingi melalui Pertemuan Kelompok Mingguan (PKM). Jadi, bukan hanya soal mencairkan kredit, tapi juga pembinaan berkelanjutan.
Pendampingan ini menjadi bentuk nyata dari tiga bentuk bantuan modal PNM: modal finansial, modal intelektual, dan modal sosial—seperti yang sering disampaikan oleh Dirut PNM.
Menurut Arief Mulyadi, pembiayaan Mekaar juga menjadi cara untuk menghidupkan kembali budaya gotong royong, guyub, dan nilai sosial masyarakat lainnya. “Berbekal itu, harapannya kaum perempuan jadi berani memulai atau terus menekuni usaha demi hidup yang lebih baik.”
Terobosan meluncurkan Orange Bonds mendapat ‘acungan jempol’ dari Danantara Indonesia. Menurut institusi ‘pembina BUMN’ itu, penerbitan obligasi oranye senilai Rp16 triliun adalah bentuk komitmen PNM dalam membangun sistem keuangan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
“Inisiatif ini menjadi wujud nyata dari komitmen PNM dalam membangun sistem keuangan yang inklusif dan berkelanjutan…. Sebagai bagian dari Danantara Indonesia, PNM akan terus memperkuat kontribusinya dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan,” tulis akun resmi @danantara.indonesia di Instagram, Sabtu (5/7/2025).
Danatara dan Impact Investment Exchange meyakini hasil penerbitan Orange Bonds akan memperkuat arus pendanaan PNM untuk memberdayakan pengusaha perempuan ultra mikro lewat program Mekaar.
Di sisi lain, tentu para pemangku kepentingan harus memastikan pundi-pundi dari penerbitan Orange Bonds benar-benar mengucur ke Ras Terkuat di Muka Bumi itu.
Mencermati data, prediksi IIX dan respons Danantara, penerbitan Orange Bonds pun menjadi sangat relevan dengan postur korporasi dan upaya PNM dalam memberdayakan kaum perempuan lewat program Mekaar.
Terobosan di pasar modal itu juga selaras dengan tagline yang dipakai pada perayaan HUT ke-27 PNM: Beta Selalu Ada, Karena Setiap Perjuangan Layak Ditemani.