TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Kemajuan teknologi kerap mengubah banyak kebiasaan manusia termasuk dalam urusan komunikasi. Keterhubungan orang tidak lagi harus face to face tetapi bisa secara maya lewat media sosial termasuk layanan seperti WhatsApp (WA).
Sebagai contoh, sudah menjadi kelaziman apabila orang mengirimkan undangan terutama pernikahan melalui layanan WA. Lantas bagaimana hukum menghadiri undangan yang disampaikan tidak secara langsung misalnya melalui pesan WA secara fikih Islam?
Berikut ini artikel di laman Kementerian Agama (Kemenag), kemenag.go.id, yang ditulis oleh Aiz Luthfi yang membahas hukum menghadiri pernikahan yang undangannya dikirim via media sosial:
Dalam kehidupan sosial, menerima undangan resepsi pernikahan merupakan sesuatu yang lumrah karena sudah mengakar di tengah kehidupan masyarakat. Dalam ajaran Islam, orang yang menerima undangan tersebut bahkan diwajibkan untuk menghadirinya selama tidak ada uzur syar‘i.
Artinya: “Mayoritas ulama berpendapat bahwa pada dasarnya memenuhi undangan itu hukumnya wajib, jika undangan tersebut adalah untuk walimah pernikahan. Adapun selain walimah pernikahan, maka terdapat perbedaan pendapat mengenai kewajiban memenuhinya.” (Wizaratul Awqaf was Syu`unul Islamiyyah, Al-Mausu’atul Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, [Kuwait: Dzatus Salasil: 1410 H], cetakan II, juz 20, h. 337)
Seiring berkembangnya zaman, saat ini tidak sedikit pasangan calon pengantin yang memilih untuk mengirim undangan melalui media sosial (medsos) karena lebih praktis, cepat, dan bisa menjangkau banyak orang. Hal ini terkadang menimbulkan pertanyaan: jika diundang acara pernikahan lewat medsos, apakah tetap wajib hadir?”
Dalam kitab-kitab fiqih disebutkan bahwa kewajiban untuk menghadiri undangan resepsi pernikahan akan berlaku jika undangan tersebut bersifat khusus, yakni ditujukan langsung kepada individu tertentu, baik secara lisan, tulisan, atau melalui perantara yang dapat dipercaya.
Artinya: “(Adapun yang wajib) memenuhi undangan itu menurut pendapat yang sahih. (Atau sunnah) menurut pendapat yang lain, yaitu ketika sebagian syarat wajibnya tidak terpenuhi atau pada acara selain walimah pernikahan. (Dengan syarat) orang yang diundang itu memang dikhususkan dengan undangan tersebut, meskipun hanya melalui tulisan atau pesan yang disampaikan oleh orang yang terpercaya, atau oleh anak yang sudah mumayyiz yang tidak pernah dikenal berdusta, dan penyampaiannya dilakukan dengan tegas dan jelas.” (Ibnu Hajar Al Haitami, Tuhfatul Muhtaj, [Beirut, Darudl Dliya: 2020], juz 7, h. 870)
Dari keterangan tersebut dapat dipahami bahwa kewajiban menghadiri undangan resepsi pernikahan tidak bergantung pada bentuk atau media undangannya, melainkan pada kekhususannya. Artinya, undangan yang dikirim melalui media sosial tetap mewajibkan seseorang untuk hadir selama undangan tersebut ditujukan secara pribadi, baik melalui pesan langsung, tulisan, atau perantara yang dapat dipercaya.
Sebaliknya, jika undangan tersebut bersifat umum, seperti pengumuman atau undangan terbuka yang diunggah di media sosial serta tidak menyebut nama seseorang secara khusus, maka tidak ada kewajiban untuk menghadiri acara tersebut. Wallahu a’lam.
