Jumat, 6 Desember 2024

Yayasan Komunitas Berdaya Indonesia: Bullying di Sekolah Berdampak Panjang Bagi Mental Siswa

Perundungan atau bullying saat ini sudah menjadi masalah serius sehingga perlu dicegah sedini mungkin melalui keterlibatan moral semua unsur sekolah, guru, orang tua dan siswa dan juga alumni.

Hot News

TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Sedikitnya 30 persen siswa tingkat SD dan SMP pernah menjadi korban perundungan atau bullying di sekolah yang berdampak buruk terhadap kesehatan mental para peserta didik dalam jangka panjang.

Menurut laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemdikbudristek) tahun 2021, perundungan atau bullying di sekolah berlangsung dalam bentuk fisik, verbal, psikologis dan melalui media sosial.

”Perundungan mempunyai dampak buruk terhadap korban karena dapat mengakibatkan masalah kesehatan mental jangka panjang yang bisa mengganggu masa depan korban dan kondisi keluarganya,” ungkap Dr Lely Wahyuniar, Direktur Yayasan Komunitas Berdaya Indonesia (YKBI), dalam siaran pers yang diterima tentangkita.co.

Perundungan atau bullying saat ini, menurut dia, sudah menjadi masalah serius sehingga perlu dicegah sedini mungkin melalui keterlibatan moral semua unsur sekolah, guru, orang tua dan siswa dan juga alumni.

Para pemangku kepentingan di sekolah, kata Dr Lely Wahyuniar, harus mampu menanamkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh unsur sekolah tersebut.

“Serta melakukan sistem pembelajaran dengan metode SEL (Social Emotional Learning) melalui riset lewat internet, integrasi dengan pelajaran dan kegiatan, misalnya melalui seni,” kata dia.

Sebagai upaya mendukung Kampanya Nasional Gerakan Anti-Perundungan (GAP) dan menerapkan Program TPPK (Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan) di sekolah, YKBI menggandeng Suku Dinas Pendidikan Wilayah Jakarta Selatan 1  menggelar seminar penguatan kapasitas Guru SMP, SMA, SMK dan PKBM bertema Cegah dan Kenali Perilaku Perundungan di Sekolah.

Tujuan Kampanye Anti-Perundungan adalah:

– Meningkatkan Kesadaran: Menyampaikan informasi tentang bentuk perundungan dan dampaknya

– Mendorong Pelaporan: Mengajak siswa untuk melaporkan perundungan dengan aman

– Memberikan Dukungan: Menyediakan dukungan psikologis bagi korban

– Edukasi Pelaku: Mengadakan sesi edukasi bagi pelaku perundungan

Seminar penguatan kapasitas guru itu akan berlangsung di Aula Serbaguna Kantor Walikota Jakarta Selatan, Jl. Prapanca Raya No. 9, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Selasa, 21 Mei 2024.

Kegiatan akan dibuka oleh Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Kota Administrasi Jakarta Selatan, Sarwoko, M.Pd. Dia menekankan pentingnya kebijakan yang menjadi arahan bagi sekolah dan guru dalam mencegah dan menangani kekerasan di sekolah.

Sebagai narasumber pertama di seminar tersebut adalah Wiji Kusrini, S.Pd, M.Pd, Kasi SMK, Kursus dan Pelatihan Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan tema Arahan Kegiatan TPPK bagi SMK.

Wiji menekankan perlunya komitmen Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Siswa dan alumni dalam pelaksanaan kegiatan TPPK.

Narasumber kedua adalah Dr. Lina Purnamaasih, Kasi SMP dan SMA Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Kota Administrasi Jakarta Selatan, yang berbicara mengenai Penerapan Modul TPPK di SMP dan SMA.

Lina mengatakan modul TPPK tersebut dapat digunakan di sekolah-sekolah dengan metode yang kreatif dan komprehensif sehingga dapat lebih efektif.

Dr Lely Wahyuniar sebagai Direktur YKBI menjadi narasumber ketiga. Narasumber keempat adalah Dewi Basri dari  SATGAS Teladan yang akan berbagi pengalaman tentang Penerapan Program TPPK di SMAN 3 Jakarta (Sebuah Praktik Baik).

Kegiatan besok hari tersebut juga akan dilanjutkan dengan peluncuran lagu Stop Bullying oleh Paduan Suara SMAN 3 Jakarta. Lagu tersebut akan dinyanyikan oleh seluruh siswa dari sekolah yang hadir untuk meningkatkan kesadaran siswa.

Lagu tersebut diharapkan dapat diviralkan para siswa melalui sosial media sekolah dan pribadi sehingga dapat dinyanyikan oleh banyak siswa untuk mendapatkan rekor muri.

Peserta juga akan berdiskusi untuk merencanakan langkah kerja nyata seusai seminar di sekolahnya masing-masing.

Sebagai contoh, sosialisasi antiperundungan dapat dilaksanakan bersamaan dengan orientasi penerimaan siswa baru untuk membangun kesadaran satgas TPPK pihak sekolah, guru dan siswa untuk mencegah perundungan di sekolah secara bersama.

YKBI sudah menyiapkan lanjutan kegiatan dalam bentuk berbagai strategi kampanye antiperundungan seperti:

  • Workshop dan seminar untuk siswa, guru, dan orang tua di berbagai wilayah di Indonesia
  • Kelas pendidikan karakter dan komunikasi asertif
  • Kampanye media sosial
  • Kemitraan dengan psikolog dan konselor
  • Program pelatihan bagi guru dan staf sekolah
  • Lomba-lomba seni cegah perundungan.

“Seminar ini diharapkan dapat memperkuat kemampuan guru dan staf sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif, serta mendorong penerapan praktik baik dalam penanganan kasus perundungan di sekolah,” ungkap Lely Wahyuniar.

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Kompolnas: Penempatan Polri di TNI Khianati Reformasi

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Gagasan penempatan Polri di bawah TNI mengkhianati cita-cita reformasi. Pemisahan itu merupakan hasil dari gerakan reformasi...