Selasa, 30 April 2024

Riwayat Hidup dan Biografi Singkat Ulama Besar Imam Nawawi

Imam Nawawi disebut sudah menghafal Al Quran mendekati usia baligh. Ketika berusia 9 tahun, ayahnya membawa dia ke Damsyiq untuk menuntut ilmu lebih dalam lagi.

Hot News

TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Ulama yang terkenal dengan sebutan Imam Nawawi adalah salah satu sosok cendikiawan Muslim dari kalangan pengikut madzhab Syafii.

Imam Nawawi bernama lengkap Abu Zakariya bin Syaraf bin Mari bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam An Nawawi Ad Dimasyqi.

Sebutan Imam di depan nama ulama besar itu adalah gelar yang menggambarkan ketinggian ilmu dari Syaikh Nawawi.

Selain gelar itu, beliau juga mendapat gelar sebagai Al Hafiz, Al Faqih, Al Muhaddith, pembela As Sunnah, penentang bid’ah, dan pejuang ilmu agama.

Riwayat hidup dan biografi singkat Imam Nawawi termaktub dalam tulisan ulang kitab At Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran yang diterjemahkan menjadi Keutamaan Membaca dan Mengkaji Al Quran.

Kitab At Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran ditulis ulang oleh Abdul Qadir Al Arnauth.

Nama Nawawi mengambil dana desa tempat beliau dilahirkan pada 631 Hijriyah yakni Desa Nawa di Hauran. Adalah kakek dari Iman Nawawi yang tinggal pertama di desa itu setelah sempat tinggal di Golan.

BACA JUGA: Keutamaan Membaca Ayat dan Surat Tertentu dalam Al Quran Menurut Imam Nawawi

Banyak orang terkemuka di sana yang melihat Imam Nawawi kecil memiliki kepandaian dan kecerdasan. Mereka menemui ayahnya dan memintanya agar memperhatikannya dengan lebih seksama.

Ayahnya kemudian mendorong sang Imam menghafazkan Al Quran dan ilmu. Maka An-Nawawi mulai menghafal Al Quran dan dididik oleh orang-orang terkemuka dengan pengorbanan.

Pasalnya, Iman Nawawi kecil harus meninggalkan masa bermain yang menjadi kegemaran anak seusia dia harena harus menekuni dan menghafal Al Quran.

Imam Nawawi disebut sudah menghafal Al Quran mendekati usia baligh. Ketika berusia 9 tahun, ayahnya membawa dia ke Damsyiq untuk menuntut ilmu lebih dalam lagi.

Ulama itu akhirnya belajar di Madrasah Ar-Rawahiyah pada tahun 649 H. Dia hafal kitab At Tanbiih dalam tempo empat setengah bulan dan belajar Al Muhadzdzab karangan Asy-Syirazi dalam tempo delapan bulan pada tahun yang sama.

PARA GURU IMAM NAWAWI

Dia menuntaskan ini semua berkat bimbingan gurunya Al-Kamal Ishaq bin Ahmad bin Usman Al-Maghribi Al-Maqdisi. Dia adalah guru pertamanya dalam ilmu fiqh dan menaruh memperhatikan muridnya ini dengan sungguh-sungguh.

Sang Guru merasa kagum atas ketekunanannya belajar dan ketidaksukaanya bergaul dengan anak-anak yang seumur. Sang guru amat mencintai muridnya itu dan akhirnya mengangkat dia sebagai pengajar untuk sebagian besar jamaahnya.

Syaikh Nawawi belajar pada guru-guru yang amat terkenal seperti Abdul Aziz bin Muhammad Al-Ashari, Zainuddin bin Abdud Daim, Imaduddin bin Abdul Karim Al-Harastani, Zainuddin Abul Baqa, Khalid bin Yusuf Al-Maqdisi An-Nabalusi dan Jamaluddin Ibn Ash-Shairafi.

Nama lainnya yang tercatat sebagai guru Imam Nawawi adalah Taqiyyuddin bin Abul Yusri, Syamsuddin bin Abu Umar. Dia belajar fighul hadits pada Asy-Syeikh Al-Muhaqqiq Abu Ishaq Ibrahim bin Isa Al-Muradi Al-Andalusi.

BACA JUGA: Kapan Makmum Membaca Surat Al Fatihah Saat Berjamaah? Ini Pendapat Imam Ghazali

Kemudian belajar fiqh pada Al-Kamal Ishaq bin Ahmad bin usman Al-Maghribi Al-Maqdisi, Syamsuddin Abdurrahman bin Nuh dan Izzuddin Al-Arbili serta guru-guru lainnya.

BACA DEH  Ketika Anak Pancong ‘Kumpul’ di Kantor Menko Polhukam

Imam Nawawi tekun menuntut ilmu-ilmu agama, mengarang, menyebarkan ilmu, beribadah, berdzikir, sabar menjalani hidup yang amat sederhana dan berpakaian tanpa berlebihan.

Setiap hari sang imam harus membaca dan mempelajari 12 pelajaran pada guru-gurunya. Ini menjadi kewajiban dan syaratnya. Pelajaran-pelajaran yang harus dikuasainya antara lain:

  • Dua pelajaran berkenaan dengan Al-Wasiith
  • Satu pelajaran berkenaan dengan Al-Muhadzdzab oleh Asy-Syirazi
  • Satu pelajaran berkenaan dengan Al-Jam’u baina Ash-Shahihain oleh Al-Humaidi
  • Satu pelajaran berkenaan dengan Shahih Muslim
  • Satu pelajaran berkenaan dengan Al-Luma’ oleh Ibnu Jana
  • Satu pelajaran berkenaan dengan Ishaahul Mantiq oleh Ibnu Sikkit
  • Satu pelajaran berkenaan dengan Tashrif
  • Satu pelajaran berkenaan dengan Ushulul Figh
  • Satu pelajaran berkenaan dengan nama-nama perawi hadits
  • Satu pelajaran berkenaan dengan Ushuluddin

MADZHAB IMAM SYAFII

Beliau membuat catatan atas semua hal yang berkaitan dengan apa yang dipelajari dengan cara memberi penjelasan atas bagian-bagian yang rumit.

Baik dengan cara memberinya ibarat atau ungkapan yang lebih jelas dan mudah dipelajari, termasuk pula perbaikan dan pembenaran dari segi bahasa.

Beliau tidak mau menghabiskan waktunya kecuali menuntut ilmu. Bahkan ketika beliau pergi ke manapun, dalam perjalanan hingga pulang ke rumah, beliau sibuk mengulangi hafalan-hafalan dan bacaan-bacaannya.

Beliau bermujadalah dan mengamalkan ilmunya dengan penuh wara’ dan membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh buruk sehingga dalam waktu yang singkat baliau telah hafal hadits-hadits dan berbagai disiplin ilmu hadits.

Tidak bisa dipungkiri dia adalah seorang alim dalam ilmu-ilmu Fiqh dan Ushuludin. Beliau telah mencapai puncak pengetahuan madzhab Imam Asy-Syafii dan imam-imam lainnya.

Belaiu juga memimpin Yayasan Daarul Hadits Al-Asyrafiyyah Al-Ulla dan mengajar di sana tanpa mengambil bayaran sedikitpun.

BACA JUGA: Pendapat Muhammadiyah Apakah Nabi Isa akan Turun (Lagi) Ke Bumi dan juga Tentang Dajjal dan Imam Mahdi

Tentu saja Allah swt amat berkenan dengan apa yang beliau lakukan sehingga beliau selalu mendapat dukunganNya sehingga yang jauh menjadi dekat, yang sulit menjadi mudah baginya.

Di samping keahlian itu, beliau juga mendapatkan tiga hal penting:

  1. a) Kedamaian pikiran dan waktu yang luang. Imam rahimaullah mendapat bagian yang banyak dari keduanya karena tidak ada hal-hal duniawi yang menyibukkannya sehingga terlena dalam hal-hal yang tidak
  2. b) Bisa mengumpulkan kitab-kitab yang digunakan untuk memeriksa dan mengetahui pendapat para ulama lainnya.
  3. c) Memiliki niat yang baik, kewarakan dan zuhud yang banyak serta amal-amal sholeh yang bersinar.

Imam Nawawi sungguh amat beruntung memiliki semua itu sehingga hasil besar dicapainya ketika beliau baru berusia relatif muda. Boleh dbilang dalam waktu yang amat singkat yaitu tidak lebih dari 45 tahun tetapi penuh dengan kebaikan dan keberkatan dari Allah.

KITAB YANG DIPELAJARI

Kitab-kitab yang dipelajarinya dari guru-gurunya antara lain:

  • Kitab hadits yang enam yaitu Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan Nasa’I, Sunan Ibn Majah.
  • Al Muwatta’-nya Imam Malik
  • Musnad Asy-Syafi’i
  • Musnad Ahma bin Hanbal
  • Sunan Ad-Daarimi
  • Sunan Daruquthi
  • Sunan Baihaqi
  • Syarhus Sunan oleh Al-Baghawi
  • ‘Amalul Yaumi Wallailah oleh Ibnu As-Sunni
  • Al-Jaami’li Aadaabir Al-Qusyairiyah
  • Al-Ansaab oleh Az-Zubair bin Bakar serta banyak lagi.
BACA DEH  Ketika Anak Pancong ‘Kumpul’ di Kantor Menko Polhukam

Pribadi Dan Perilaku Imam Nawawi

Imam Nawawi mempunyai penguasaan ilmu yang luas, derajat tekun yang mengagumkan, senantiasa hidup warak, zuhud dan sabar dalam kesederhana hidupnya. Pada waktu yang sama, beliau juga dikenal mempunyai kesungguhan yang luar-biasa dan berbagai kebaikan lain.

BACA JUGA: Cucu Buya Hamka: Jangan Catut Nama Kakek Soal Fatwa Haram Mengucapkan Selamat Natal

Beliau tidak rela menghabiskan satu menit dalam kehidupannya tanpa ketaatan kepada Rabnya. Beliau mengandalkan kehidupan dari sumbangan atau amal jariyah yang diberikan orang-orang kepada madrasah Ar-Rawahiyah yang dipimpinnya dan dari apa yang diwariskan oleh ibu bapaknya.

Sekalipun demikian, kadang-kadang beliau bersedekah dari hartanya yang tidak berlebihan itu.

Beliau banyak memanfaatkan waktu malam hari semata-mata untuk beribadah dan menulis kitab-kitab agama dan tidak lupa menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah kemungkaran.

Sebagai seorang penegak kebenaran, beliau dengan gagah berani menghadapi kedzaliman para penguasa dengan nasihat-nasihat yang bestari dan mengingkari mereka atas pelanggaran yang mereka lakukan sebagai seorang penguasa.

Beliau tidak terpengaruh oleh celaan orang-orang yang mencelanya dalam menegakkan agama Allah swt. Jika tidak mungkin menghadapi mereka secara langsung, beliau akan menulis surat-surat yang ditujukan kepada mereka sebagai media dakwahnya.

Beliau senantiasa diliputi ketenangan dan kewibawaan ketika membahas masalah-masalah agama bersama para ulama dengan mengikuti warisan Salafus Sholeh dan Ahli Sunnah wal Jama’ah.

Tidak perlu disinggung lagi kalau beliau amat rajin membaca Al- Qur’an, berdzikir dengan nama-nama Allah Yang Agung (Asmaul Husna), berpaling dari dunia dan memusatkan perhatian dalam urusan-urusan dunia yang memiliki konsekuensi akhirati.

Kitab Karangan Imam Nawawi

Beliau telah menghasilkan banyak kitab, di antaranya: Syarah Muslim, Al-Irsyad dan At-Taqrib berkenaan dengan segi-segi umum hadits, Tahdzibul Asmaa’wal Lughaat, Al-Manaasik Ah-Shughra dan Al-Manaasik Al-Kubra, Minhajut Taalibin, Bustaanul ‘Arifiin.

BACA JUGA: Sejarah Muhammad Darwis Berganti Menjadi Kiai Ahmad Dahlan, Pemberian Ulama Besar Mekkah Madzhab Syafii

Kitab lainnya adalah Khulaasahtul Ahkaam fi Muhimmaaatis Sunan wa Qawaa’idil Islam, Raudhatut Taalibiin fii ‘Umdatil Muftiin, Hulyatul Abrar wa Syi’aarul Akhyaar fii Talkhiishid Da’awaat wal Adzkaar yang lebih dikenal dengan nama Al-Adzkaar lin Nawawi dan At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran.

Imam Nawawi Meninggal Dunia

Di penghujung usianya, Imam Nawawi bertolak ke negeri kelahirannya dan berziarah ke Al-Quds dan Al-Khalil. Kemudian beliau kembali ke Nawa dan ketika itulah beliau sakit di samping ayah bundanya.

Imam Nawawi rahimaullah wafat pada malam Rabu 24 Rajab tahun 676 H dan dimakamkan di Nawa. Kuburan beliau sangat terkenal dan selalu diziarahi orang-orang yang mengagumi perjuangannya dalam menegakkan agama Islam.

Kepergian sang Imam telah menyebabkan kesedihan tiada terhingga bagi penduduk Damsyiq.

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Piala Asia U-23: Indonesia vs Irak Rebutan Posisi Ketiga dan Tiket Olimpiade

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Tim U-23 Indonesia akan menghadapi Irak di perebutan tempat ketiga sekaligus tiket otomatis ke Olimpiade 2024...