Jumat, 26 April 2024

NGAJI BUYA ARRAZY: Benarkah Imam Mahdi (Turun) dari Indonesia?

Buya Arrazy Hasyim pernah menjelaskan tentang kedatangan al Mahdi, bahkan menjawab pertanyaan benarkah Imam Mahdi berasal  dari Indonesia?

Hot News

TENTANGKITA, JAKARTA – Buya Arrazy Hasyim menjelaskan tentang kedatangan Imam Mahdi, bahkan menjawab pertanyaan benarkah al Mahdi berasal  dari Indonesia?

Imam Mahdi sempat menjadi trendig topic di Twitter pada Kamis pagi, 16 Desember 2021.

“Ada isu bahwa Imam Mahdi nanti adalah dari Indonesia, benarkah?” Demikian pembuka kajian Buya Arrazi yang diunggah kanal YouTube Cafe Rumi Jakarta pada 4 Juli 2021 dengan tajuk IMAM MAHDI DARI INDONESIA? – BUYA DR. ARRAZY HASYIM, MA.

Berikut keterangan dari Buya Arrazy menjawab pertanyaan tentang benarkah Imam Mahdi dari Indonesia?

Menurut Buya Arrazy, banyak pemikiran pada zaman ini mengenai kajian akhir zaman. Bahkan banyak yang sudah tidak sabar, bahkan bersiap-siap.

Ada yang bersiap-siap dari sisi fisik seperti berkuda dan memanah. Ada yang bersiap dengan keilmuan melalui kajian. Ada bersiap dengan tarekat… tarekat, ada yang bersiap dengan siasat, siasat. Semua sedang rindu menunggu al (Imam) Mahdi.”

“Karena ditunggu-tunggu maka munculah istilah, dan istilah ini dipakai oleh ulama Ahlussunnah dan Syiah, yaitu al Muntazhar…. Al Mahdi yang ditunggu-tunggu. Maka istilah bukanlah istilah satu kelompok, tetapi istilah ini dipakai dalam semua kelompok.”

Dalam ajaran lain selain agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad, menurut Buya Arrazy, seperti ajaran Nabi Musa (Yahudi) dan Nabi Isa (Kristen), juga sama. Mengajarkan tentang adanya messiah atau juru selamat.

“Di Jawa ada keyakinan Ratu Adil, Satria Piningit, dan lain sebagainya. Semuanya mengelu-elukan juru selamat dalam agama apa saja yang memang dulu berasal dari Allah, pasti mengajarkan hal yang sama.”

Lalu dari manakah al Mahdi berasal, bangsa atau suku apakah dia kata Buya Arrazy?

“Untuk mengetahui masalah ini tidak ada jalan lain kecuali mengikut Al Quran dan Sunnah. Di dalam Al Quran tidak disebutkan secara eksplisit (tentang al Mahdi), tetapi kita beruntung, umat Islam, memiliki satu sumber keilmuan kedua yaitu as Sunnah.”

Menurut Arrazy Hasyim, yang paling apik membahas ini adalah Imam Abu Dawud dan Imam al Hakim.

Imam Abu Dawud meriwayatkan sekitar 8 atau 9 hadits yang berkaitan dengan Imam Mahdi. Salah satunya menyebutkan suku, asal usul al Mahdi.

“Apa kata beliau, dan kualitas haditsnya hasan, ‘Al Mahdi (yang dijanjikan Allah) itu, dia dari trahku (Nabi)’. Trah artinya darah dagingku (Nabi), ‘dari keturunan Fatimah’.”

BACA DEH  Diplomasi Menjual Bahasa Indonesia Harus Intensif Jelang Kunjungan Paus Fransiskus

Oleh karena itu, menurut Buya Arrazy, siapapun hari ini yang jadi antek Dajjal pasti akan membenci para habaib (keturunan Nabi Muhammad). Mereka akan membenci para sayyid, para syarifah (panggilan untuk habaib lelaki dan perempuan), orang-orang yang memiliki trah kenabian.

“Kenapa kita iri? Itukan nikmat Allah kepada mereka? Kenapa kita iri jika mereka terlahir sebagai syarif atau sayyid lalu meragukan keberadaan mereka.”

Padahal, lanjut Buya Hasyim, hadits Imam Muslim menyebutkan “’Aku tinggalkan dua tsaqalain (dua wasiat) yang berat, Kitab Allah dan Ahlul Baitku’. Hadits Imam Tirmidzi juga menyebutkan begitu.”

Menurut Buya Arrazy, trah Nabi itu terbagi dua. Trah ruhani yang turun kepada para ulama yang disebut pewaris para Nabi dan trah jasmani dari sisi darah yang mengucur kepada para habaib.

“Maka kita menghormati ulama sebagai pewaris ilmu (Nabi), dan begitu juga kita menghormati para habaib yang di darahnya ada darah Nabi.”

TENTANG DUIT KAESANG

Cucu Buya Hamka: Jangan Catut Nama Kakek Soal Fatwa Haram Mengucapkan Selamat Natal

KETURUNAN NABI TERBANYAK

Pertanyaannya, jika betul al Mahdi itu dari keturunan dari Rasulullah, sekarang di mana keturunan Nabi Muhammad terbanyak?

Lantas Buya Arrazy menjelaskan tentang penyebaran para keturunan Nabi Muhammad  yang kini terbesar di Bumi Nusantara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand (Patani), Brunei, Singapura, Maroko, Uzbekistan, Gujarat (India), China, Mesir, Maroko bahkan Amerika Latin.

“Namun dzuriyyah (keturunan Nabi) paling banyak dan terekam dengan baik ada di Indonesia. Ini kabar gembira sekaligus menakutkan bagi saya…,” kata Buya Arrazy.

Lalu Buya Arrazy menjelaskan fenomena sekarang dan belakangan ini yang menggambarkan kemungkinan turunnya Imam Mahdi sudah dekat. Salah satu cirinya adalah dunia sudah dipenuhi oleh ketidakadilan.

“Tinggal menunggu saat yang terakhir, munculnya sang Juru Selamat, al Imam Al Mahdi, yang ditunggu oleh semua orang yang percaya kepada Tuhan alam semesta yang kita sebut dalam agama kita, Allah STW.”

Jadi, apakah Imam Mahdi dari Indonesia?

Jika melihat persentase jumlah para habaib, menurut Buya Arrazay, besar kemungkinan (Imam Mahdi) dari negeri kita.

“Tapi bisa juga bukan dari negeri kita. Kita gak boleh terlalu geer, percaya diri, tapi kita juga gak boleh berputus asa siapa tahu Allah memilih negeri ini (menjadi tempat turunnya Imam Mahdi… Wallahu a’lam biswahab (hanya Allah yang tahu kebenarannya).”

BACA DEH  Diplomasi Menjual Bahasa Indonesia Harus Intensif Jelang Kunjungan Paus Fransiskus

CERAMAH LENGKAP BUYA ARRAZY TENTANG IMAM MAHDI

TENTANG DIABETES MELITUS: 3 Dari 4 Orang Tidak Sadar Kalau Sudah Mengidap DM

PROFIL BUYA ARRAZY

Buya Arrazy Hasyim dilahirkan di Koto Nan Ampek Payakumbuh pada 21 April 1986.

Sebelum belajar dengan ulama luar negeri, di dalam negeri ia pernah belajar ilmu Tauhid dan Tasawuf  dari Syaikh Buya Hasan Basri Dt. Sati Piladang, Syaikh Mawlana Muhammad Nuruddin dan Syaikh Kasril Koto Nan Ampek.

Selain itu, ia juga belajar Kitab Ihya’ Ulum al-Din dan al-Hikam dari Buya Nu’man Basyir Koto Nan Gadang.

Setelah itu, di Jakarta ia belajar 6 kitab hadis (Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan al-Tirmidzi, Sunan al-Nasa’I, dan Sunan Ibn Majah) selama 4 tahun kepada Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA.

Pada tahun 2006, 2007, dan 2008 sempat belajar dengan ulama-ulama Syiria dan India.

Buya Arrazay belajar Tauhid dan Ushul al-Fiqh dari Syaikh Prof. Dr. Muhammad Hassan Hitou, Fiqh dan Ushul al-Fiqh dari Syaikh Prof. Dr. Taufiq bin Muhammad Sa’id Ramadan al-Buthi.

Dia juga belajar Hadis dan Ilmu Hadis dari Syaikh Dr. Badi‘ Sayyid al-Lahham, Nahw dan Sharf dari Syaikh Dr. Ayman Syawwa.

Ulama muda ini mendapatkan Ijazah Kutub al-Sab‘ah dari Syaikh Prof. Dr. Khoja Muhammad Syarif Haydar Abad, Ijazah ‘Ammah dan Khashshah kitab-kitab dan ilmu keislaman dari Syaikh Abd al-Rabb al-Nazari, Zikrullah Rajali, Barakatullah al-Banjari, Amin al-Kurdi, Muhammad Aswad, Hisyam Kamil dan lainnya.

Buya Arrazy kemudian menempuh pendidikan formal S2 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang selesai 2009. Kemudian, pada 2017 Buya Arrazi menyelesaikan studi doktoral S3 di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah.

Kini Buya Arrazy Hasyim tercatat sebagai dosen di Pascasarjana Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Dua sempat mengajar ilmu Kalam dan Filsafat Islam di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2012 sampai dengan 2019.

Dia juga aktif sebagai pengajar kitab Aqidah Ahlus Sunnah dan hadits Sunan An-Nasa’i dan Ibnu Majah di Pondok Pesantren Darussunnah. Pada akhir 2018, BuyaArrazy mendirikan Ribath al-Nouraniyah di Tangerang Selatan, takhassus Ilmu Akidah Ahlus Sunnah dan Tasawuf.

 

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Piala Asia U-23: Indonesia Ke Semifinal, Singkirkan Korsel

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Indonesia U-23 menundukkan Korsel U-23 11-10 melalui adu penalti di perempat final Piala Asia U-23 di...