TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Meski belum berdiri, Banjoemas Resto dan Kafe yang akan berlokasi di Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini Jakarta Pusat sudah mendapatkan apresiasi dari komunitas Banyumas Raya di Ibu Kota.
Salah satunya datang dari Kerukunan Keluarga Banyumasan (KKB) yang merupakan paguyuban yang menaungi diaspora dari Banyumas Raya. Secara kultural, Banyumas meliputi wilayah Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Banjarnegara.
Ketua Umum KKB, Mardjoko, yang juga Bupati Banyumas periode 2008—2013, menyambut baik rencana kehadiran Banjoemas Resto dan Kafe karena bisa menjadi medium untuk lebih memperkenalkan budaya Banyumas secara lebih luas.
“Kami mau nyumbang calung ya untuk acara pembukaan Banjoemas Resto dan Kafe,” katanya kepada tentangkita.co.
Salah satu kelompok seni calung yang ada di Jakarta adalah Rumeksa Budaya. Komunitas ini sudah berusia lima tahun pada Desember 2025.
“Kami mengundang teman-teman yang menggagas Banjoemas Resto dan Kafe untuk hadir dalam pentas seni calung Rumeksa Budaya yang memperingati tahun kelimanya, besok 7 Desember,” kata Mardjoko.
Mardjoko bahkan berjanji untuk ‘mengampanyekan’ keberadaan Banjoemas Resto dan Kafe kepada komunitas Banyumas terutama di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek).
Keberadaan Banjoemas Resto dan Kafe sepertinya bakal mampu mencuri perhatian. Bukan hanya bagi para pengunjung TIM, tetapi juga orang yang lalu-lalang sepanjang jalan Cikini Raya.
Pasalnya, Banjoemas Resto dan Kafe berlokasi di bagian muka kompleks TIM sebagai pusat budaya legendaris se-Indonesia itu. Bentuk bangunannya juga khas, segi tiga.
Meski menyematkan keterangan ‘resto dan kafe’, Banjoemas tidak didedikasikan sekadar menjadi tempat untuk menikmati kuliner asal Banyumas Raya, Jawa Tengah.
Menurut salah satu penggagas Banjoemas Resto dan Kafe, Didik Ari Prasetyo, Banjoemas Resto dan Kafe dirancang sebagai ruang publik yang menghidupkan kuliner, seni, dan percakapan lintas budaya.
“Jadi bukan sekadar tempat ‘dodolan’ (jualan) kuliner Banyumas seperti mendoan atau sroto sokaraja. Para pendiri punya mimpi menjadikan tempat itu sebagai ruang publik untuk narasi lintas budaya dan kerja kreatif,” kata Didik yang memiliki bisnis kuliner di beberapa tempat kepada tentangkita.co.
Ide membangun Banjoemas Resto dan Kafe bermula dari pemikiran beberapa alumni Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) seperti Arief Mulyadi dan Dalu Agung Darmawan.
Arief Mulyadi, alumni Fakultas Biologi angkatan 87, kini menjabat sebagai Dirut PT Permodalan Nasional Madani (PNM), dan pernah menjabat Ketua Harian Keluarga Alumni Unsoed (KA Unsoed).
Dalu Agung Darmawan yang kini mendapat amanah sebagai Sekjen Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) adalah lulusan FISIP angkatan 85 yang juga Ketua Umum Ikatan Alumni FISIP Unsoed (Ikafu).
Gayung pun bersambut. Ide itu kemudian mendapatkan dukungan dari alumni Unsoed yang menjadi pejabat di tingkat nasional seperti Abdul Kholik dan Astera Primanto Bhakti.
Abdul Kholik, alumni Fakultas Hukum angkatan 1988 adalah senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pemilihan Jawa Tengah. Dia juga dipercaya sebagai Ketua Umum KA Unsoed.
Astera Primanto Bhakti, lulusan Fakultas Ekonomi angkatan 1986 kini menjabat sebagai Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan pernah menjadi Ketua Umum KA Unsoed sebelum periode Abdul Kholik.
TITIK KUMPUL DIASPORA
Dalam bahasa alumni Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) angkatan 2022 itu, kuliner seperti mendoan dan sroto sokaraja jadi medium diplomasi ruang publik itu.
“Kuliner sebagai pintu masuk untuk mengenalkan Banyumas Raya ke tingkat nasional seperti keinginan senior-senior alumni Unsoed yang menggagas pendirian tempat ini,” kata Didik.
Banjoemas Resto juga didesain menjadi ruang publik untuk menggelar pertunjukan kecil, dialog budaya, workshop, dan kerja kreatif.
“Banjoemas Resto dan Kafe kami dedikasikan juga sebagai titik kumpul diaspora Banyumas Raya di Jakarta dan pastinya almuni Unsoed. Kami berharap dari sana lahir kolaborasi lintas generasi, lintas sektor, lintas profesi,” tutur Didik.
Lalu Didik menjelaskan filosofi yang terkait dengan keberadaan Banjoemas Resto dan Kafe.
“Penulisan dengan ejaan lama ‘Banjoemas’ dan desain logo menegaskan akar budaya sekaligus modernitas yang akan diusung.”
Meski digagas oleh alumni Unsoed yang sudah senior secara usia, Didik mengatakan bahwa Banjoemas Resto dan Kafe bakal tetap relevan dengan Generasi atau Gen Z.
“Karakter Banyumasan yang lugas, egaliter, apa adanya dan humoris akan mewarnai keberadaan ruang publik ini yang relevan dengan Gen Z,” ungkap Didik.
Nazarudin Latief, salah satu penggagas, mengungkapkan nuansa egaliter ala Banyumasan juga mengemuka di sisi bisnis yakni dengan membentuk koperasi.
“Kami membentuk Koperasi Bebrayan Akshaya Soedirman untuk merealisasikan Banjoemas Resto dan Kafe dari sisi permodalan. Nantinya, kami akan membuka kesempatan bagi alumni Unsoed menjadi anggota koperasi,” ungkap Latif.
Menurut Latif, Koperasi Bebrayan Akshaya Soedirman akan memulai pembangunan Banjoemas Resto dan Kafe pada pekan depan atau minggu kedua Desember.
“Kami targetkan renovasi dan sejenisnya bakal selesai pertengahan Februari tahun depan. Jadi mudah-mudahan sebelum Ramadhan atau puasa, kami sudah bisa beroperasi.”
