TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Bencana hidrometeorologi berupa banjir dan tanah longsor di Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatara Barat sejak pekan lalu sudah menelan 776 korban jiwa, 564 orang dinyatakan hilang dan 2.600-an orang terluka.
Data tersebut dilansir dashboard Penanganan Darurat Banjir dan Longsor Provinsi Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat Tahun 2025 di laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dilihat tentangkita.co pada Kamis pukul 09.00 WIB, 4 Desember 2025.
Rincian korban meninggal akibat bencana alam tersebut sebagai berikut:
- Aceh: 277 orang
- Sumatra Utara: 299 orang
- Sumatra Barat: 200
Bencana banjir dan tanah longsor yang berlangsung pekan lalu terasa dampaknya di 50 kabupaten di tiga provinsi tersebut. “Sekitar 10.400-an rumah rusak,” ungkap data BNPB.
JARINGAN KOMUNIKASI
Sementara itu, pemerintah pusat melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memulihkan jaringan komunikasi di wilayah terdampak Provinsi Sumatra Barat (Sumbar). Upaya penanganan darurat dilakukan dengan pendistribusian internet satelit dan perbaikan BTS.
Melalui pengerahan personel di lapangan, seperti laporan dalam siaran pers Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, jalur komunikasi yang terputus segera terkoneksi kembali.
Hal tersebut disampaikan Kepala Balai Monitor Kelas II Padang Kementerian Komdigi, Helmi. Komdigi membantu 32 unit internet satelit Starlink ke wilayah terdampak banjir dan longsor di Sumbar.
Dukungan tersebut untuk memastikan komunikasi yang membantu penanganan darurat terhubung kembali.
Helmi mengatakan bantuan alat satelit internet ini gratis. Ia menegaskan penggunaan fasilitas ini tidak dipungut biaya, ujarnya pada konferensi pers di Kantor Gubernur, Rabu (3 Desember).
Di samping penyediaan alat tersebut, Komdigi juga memperbaiki BTS atau base transceiver station (BTS) yang rusak akibat banjir dan longsor.
Dari dasbor sistem informasi pemantauan, Helmi mengatakan kerusakan BTS sekitar 4% dari total BTS di Sumbar. Data per 3 Desember 2025, total jumlah BTS yang mengalami gangguan sejumlah 154 unit dari total 3.739 unit.
Dari total gangguan BTS, selain 124 unit akibat gangguan pasokan listrik. Namun petugas Balai Monitoring telah mengerahkan genset untuk menopang layanan. Sebanyak 29 BTS mengalami gangguan transmisi akibat koneksi fiber optik atau radio link putusnya, sedangkan 1 BTS mengalami kerusakan fisik akibat terbawa arus banjir.
Berikut ini sebaran BTS yang terdampak di Sumbar:
- Kabupaten Agam 45 BTS
- Pasaman 37 BTS
- Padang Pariaman 18 BTS
- Solok 14 BTS, Kota Padang 12 BTS
- Kota Solok 5 BTS
- Pasaman Barat 5 BTS
- Pariaman 3 BTS, Tanah Datar 2 BTS
- Pesisir Selatan, Sijunjung, dan daerah lainnya: masing-masing 1 BTS
Upaya percepatan perbaikan jalur komunikasi dilakukan bekerja sama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfotik) Provinsi Sumbar.
Kepala Diskominfotik Sumbar Rudi Rinaldi menyampaikan, pihaknya telah berkomunikasi dengan BPBD di kabupaten/kota terdampak untuk pendistribusiannya.
Starlink dapat berfungsi sepanjang tidak ada tutupan atau hambatan untuk penerimaan sinyal satelit. Selain itu, adanya dukungan jaringan listrik maupun aliran listrik dari genset. Cakupan sinyal internet alat ini mencapai jarak 500 meter hingga 1 km, dan dapat digunakan 60 pengguna secara bersamaan.
Selain itu, Balai Monitor juga mengoperasikan repeater kebencanaan di puncak Gunung Singgalang yang mampu menjangkau 9 hingga 10 kabupaten dan kota di Sumbar. Repeater ini dapat digunakan dengan perangkat radio komunikasi, dan telah dimanfaatkan oleh BPBD, PPTD, Orari dan RAPI.
